Minggu, 31 Mei 2015

BELAJAR KERUKUNAN DARI WARGA INDONESIA YANG TINGGAL DI LUAR NEGERI




Columbus, 26 Mei 2015

Saya tinggal di Columbus sudah hampir sekitar satu tahun semenjak kedatangan saya di bulan Agustus 2014. Saya sudah mulai sedikit paham tentang bagaimana menggunakan transportasi umum, menikmati acara gratis yang ada di kota Columbus, dan bagaimana ikut berpartisipasi di acara tersebut.


Seperti di salah satu acara beberapa hari yang lalu, saya bersama beberapa orang Indonesia yang tinggal di Columbus berpartisipasi untuk merayakan Asian Festival di Franklin Conservatory Park. Acara ini merupakan acara tahunan yang bertujuan untuk menampilkan beberapa budaya Asia berupa tarian tradisional, makanan, dan kesenian daerah. Saya dan beberapa teman ikut serta dalam parade di Asian Festival tersebut, atau di Indonesia dikenal dengan istilah Karnaval. Peserta festival tersebut meliputi mahasiswa undergraduate, greaduate, doctoral, keluarga Indonesia yang tinggal di Columbus beserta anak-anaknya. Kami berjalan sekitar satu jam dengan mengenakan pakaian adat dari daerah masing-masing, membawa alat musik angklung dan beberapa pernak-pernik seperti kipas yang terbuat dari batik. Tak lupa kami membawa bendera Indonesia dan tulisan Indonesia untuk menunjukkan bahwa kami adalah peserta dari negara Indonesia.


Berikut ini adalah beberapa menit keceriaan yang saya dokumentasikan:


Kita berfoto bersama untuk mengabadikan acara tersebut dan mem-posting di facebook. Ketika saya melihat teman saya memposting foto yang Anda lihat di blog ini, salah seorang teman mengomentari bahwa dia merasa merasa senang melihat foto tersebut karena menggambarkan kerukunan antar sesama warga Indonesia. Dia menambahka, jika melihat orang Indonesia yang tinggal di luar negeri, yang terlihat hanyalah kerukunan dan bahkan lebih rukun jika disbanding orang Indonesia yang tinggal di Indonesia.


Membaca komentar tersebut, saya mencoba menganalisa kenapa orang Indonesia yang tinggal di luar negeri cenderung dapat hidup lebih rukun dibanding orang-orang yang tinggal di Indonesia. Rukun dalam artian tidak ada kejahatan yang terjadi dan saling membantu satu sama lain jika ada yang membutuhkan pertolongan. Yang pertama adalah karena jumlah penduduk yang tinggal di luar negeri tidak sebanyak penduduk yang tinggal di Indonesia. Akibatnya, ada rasa kekeluargaan yang timbul ketika. Mereka jauh dari keluarga dan jika mereka membutuhkan bantuan, hanya ada teman yang dapat membantu mereka. Satu contoh, ada seorang teman yang pernah sakit ketika proses studi di luar negeri. Karena jauh dari keluarga, akhirnya beberapa teman menggantarkan ke rumah sakit, menunggu sampai seorang dokter mengecek keadaannya, mengantarkan pulang, dan membantu merawat selama proses penyembuhan. Keberadaan teman-teman terdekat akan sangat terasa menemani ketika kita sedang berada jauh dari keluarga.



Alasan kedua kenapa warga Indonesia yang tinggal disini lebih rukun adalah karena kita semua saling bahu membahu membantu tanpa melihat perbedaan. Sebagai mahasiswa yang belajar di luar negeri, ada beberapa teman yang memiliki mobil. Mereka membantu teman lain yang tidak memiliki mobil untuk menjemput dari bandara, mengangkut barang ketika pindah ke apartemen lain, atau bertamasya ke tempat menarik yang membutuhkan kendaraan untuk mencapai tempat tersebut. Di kesempatan lain, seperti di persiapan Asian festival, beberapa teman saling membantu untuk menyiapkan baju daerah yang harus dipinjam dari KJRI. Ketika hari pementasan, kami saling membantu untuk menyiapkan snack, air minum, dan saling mengingatkan hal-hal yang mungkin terlewatkan. Kami semua saling membantu tanpa melihat status seseorang, apakah dia kaya atau miskin. Kami saling membantu tanpa melihat warna kulit, apakah seseorang hitam atau putih. Kami saling membantu tanpa melihat agama seseorang, apakah seseorang menganut agama mayoritas atau minoritas. Satu hal yang kami utamakan adalah saling membantu sesama agar semua dapat berhasil meraih apa yang dicita-citakan dan mensukseskan sebuah program / acara. Selama tinggal di Amerika, saya belajar tentang Golden Rule, sebuah istilah yang menggambarkan bahwa apa yang kita tabur merupakan hal yang akan kita tuai di kemudian hari. Jika kita menabur kebaikan, maka kita kelak akan menuai kebaikan pula. Sejauh yang saya tahu, orang-orang di sini mengutamakan untuk menabur kebaikan bagi sesama.

Jumat, 15 Mei 2015

HUTANG BESAR V.S. HUTANG KECIL

Columbus 4 Mei 2015

Di satu kesempatan saya mendengar salah seorang tetangga yang bercerita pengalaman sehari-harinya. Suatu ketika, tetangga saya mengobrol dengan temannya tentang jumlah hutang yang dimiliki masing-masing namun mereka memiliki pandangan yang berbeda tentang jumlah hutang yang dimiliki.

Ada teman yang berkata bahwa hutang yang dia miliki sangat lah banyak. Dengan yakin tetangga saya juga berkata dia memiliki hutang yang tak kalah banyaknya.

Dengan cerita yang sangat antusias, tetangga saya menanyakan nominal hutang yang dimiliki temannya. Dia pun tercengang karena jumlah yang di dengar tidaklah seperti yang dibayangkan. Tetangga saya berpikir bahwa hutang yang dimiliki sama banyaknya dengan yang temannya miliki.

Setelah dia mengklarifikasi, ternyata apa yang dia pikirkan tidak sama seperti yang temannya pikirkan. Lalu dia bertanya, bagaimana ya kok bisa memiliki hutang sebanyak itu? sama-sama punya hutang, tapi kok bisa dia punya hutang sebanyak itu dan masih dapat hidup? bagaimana caranya bisa membeli beras jika punya hutang sebanyak itu?


Sama halnya dengan cerita tetangga saya, hutang banyak dan hutang kecil adalah satu istilah yang dapat mengilustrasikan antara mimpi besar dan mimpi kecil. Mimpi tersebut akan membawa kita kepada tanggung jawab yang akan kita tanggung. Seberapa besar mimpi kita, maka langkah kita hanya akan sebatas mimpi itu saja. Namun, jika kita memiliki mimpi yang besar, maka resiko dan tanggung jawab yang kita tanggungpun juga besar.

Seringkali dulu saya berpikir bahwa, bagaimana caranya bisa sampai ke suatu tempat dan bagaimana caranya untuk bisa mengerjakan soal di kelas 6 SD ketika saya sedang duduk di kelas 5 SD. Namun, ternyata, semuanya itu akan mudah dijalani ketika kita memang benar-benar berusaha dengan sungguh-sungguh.

Mimpi kecil maupun besar memiliki resiko yang sesuai dengan kapasitasnya. Semua tergantung diri kita, apakah kita ingin memiliki mimpi besar atau kecil. Mimpi atau cita-cita yang akan membawa kita ke tempat yang akan kita tuju.