Kamis, 02 Oktober 2014

SEMUANYA TERSEDIA DI SINI

Columbus, 1 Oktober 2014

Saya sudah hampir 2 bulan tinggal di Amerika. Dalam beberapa kesempatan, saya mengamati apa 
yang terjadi di sekitar. Ternyata hal-hal kecil yang tidak saya jumpai di Indonesia dan yang dianggap 
kurang penting, disini penting dan tersedia.

Kacamata hitam:
Ohio State University menyediakan pernak-pernik kecil. Ketika saya check in di kampus ketika baru pertama datang, panitia memberikan saya sebuah tas berisi map kampus, buku pedoman, map rute bus, dan yang paling menarik buat saya adalah kaca mata hitam. Saya hanya beranggapan bahwa OSU menyediakan kacamata tersebut sebagai salah satu hadiah, ternya setelah siang hari saya baru memahami bahwa pada summer, pemandangan sekitar bias sangat silau. Itulah gunanya kacamata tersebut.
Lipbalm dan Pembersih tangan anti bilas:
Karena cuaca yang kering, tentunya saya tidak ingin bibir terasa kering dan pecah-pecah, makannya saya memutuskan untuk membawa lipbalm kemana-mana dan dari Indonesia pun saya sempat membawa cadangan. Tapi ternyata setelah sayamengikuti rientasi di kampus, beberapa organisasi memberikan lipbalm dan pembersih tangan anti bilas secara gratis kepada setiap mahasiswa yang dating ke meja organisasi tersebut. Ternyata orang Amerika sangat menjaga kebersihan tangan mereka, sampai di bus pun juga tersedia secara gratis, cukup memencet kotak kecil yang tersedia di dekan pintu masuk bus.
Pengering pakaian dan hairdryer:
Saya sempat berenang di pusat rekreasi kampus bersama teman. Kolam renang yang disediakan merupakan kolam renang indoor. Setelah beberapa saat berenang, saya pergi ke ruang ganti. Di sana saya menemukan pengering pakaian yang dapat digunakan untuk memeras baju renang yang basah, sehingga tidak perlu repot membawa baju renang yang basah. Selain itu, di ruang tersebut tersedia hair dryer untuk mengeringkan rambut. Jadi setelah selesai berenang, tidak perlu kawatir dengan penampilan rambut basah seperti sehabis kehujanan. Hehe
 Pembalut:
Di toilet kampus, tersedia pembalut gratis yang boleh diambil para mahasiswa. Kelihatannya sepele, namun, hal ini sangat penting bagi para kaum wanita ketika mungkin lupa membawa pembalut lebih di tas.


Itulah beberapa hal unik yang saya temukan di kampus OSU. Semoga kampus di Indonesia juga dapat memperhatikan hal-hal kecil yang sangat dibutuhkan.

PERJALANAN PANJANG KE US

Washington, 13 Agustus  2014

Di bulan Agustus saya diantar keluarga menuju Bandara internasional Juanda, Surabaya. Waktu itu, saya hanya membawa satu koper untuk dimasukkan bagasi, satu tas ransel, dan satu tas selempang kecil untuk keperluaan isi passport dan tiket. Dengan sedikit rasa terharu karena setelah sekian lama saya menanti saat keberangkatan ke luar negeri untuk melanjutkan studi saya, tiba saatnya saya memang benar-benar pergi ke luar negeri dan ke negara impian, U.S.

Dari bandara Juanda saya menuju ke Bandara Internasional Soekarno Hatta untuk bertemu teman yang akan berangkat pada hari yang sama. Kami ber 12 berangkat ke Amerika dengan transit di beberapa negara,
Surabaya-Jakarta: Garuda
Jakarta-Singapura: Garuda
Singapura-Jepang: Delta
Jepang-Minneapolis: Delta
Minneapolis-Washington D.C: Delta

Para scholars diwajibkan untuk ke DC karena ada orientasi yang harus diikuti. Waktu yang kami tempuh sekitar lebih dari 30 jam. Sangat mengagumkan karena kami bisa melewati subuh dan malam hari di waktu yang berdekatan, itu karena perbedaan waktu antara satu tempat dengan tempat yang lain. Sesampainya di DC, kami sempat sedikit bingung dengan bus yang telah dipesan oleh IIE karena ternyata untuk kami yang berjumlah 12 orang, hanya dipesankan satu bus. Menurut petugasnya, dengan barang bawaan yang lebih dari 20 koper, bus tersebut tidak akan muat. Namun akhirnya, keputusan terakhir adalah kita semua ada dalam satu bus itu, meski sang sopir mengantar kami dengan wajah cemberut.
Hari 1:
Kurang dari satu jam, kami sudah sampai di Club Quarter Hotel yang letaknya sangat strategis. Sekitar 15 menit jalan kaki menuju White House dan 15 menit jalan kaki menuju World Bank, dan 30 menit jalan kaki menuju KBRI. Hari pertama yang seharusnya dijadwalkan untuk istirahat, kami gunakan untuk berjalan mencari kantor IIE yang letaknya sekitar 20 menit berjalan kaki dari hotel tempat kami tinggal. Kami juga sempat membuat tiket kereta temporary yang rencananya digunakan untuk pergi ke Capitol House di hari kedua. Selain itu kami juga pergi ke beberapa tempat bersejarah di US seperti World War Museum. Kami benar-benar sampai merasa sangat lelah karena kemana-mana hanya mengandalkan kaki, wajar saja setelah itu kaki terasa berkonde. Maklum, masih belum tau bagaimana menggunakan transportasi di US. Dengan begitu, kami juga bisa tidur nyenyak di malam hari. Hal tersebut salah satu cara untuk mengatasi jet leg, siang hari kita gunakan untuk beraktifitas dan malamnya bias tidur pulas.
Hari 2:
Di hari ke dua ini merupakan hari pertama kami mendapat orientasi dari IIE. Di hari pertama ini lebih membahas tentang bagaimana kami membuat gol di masa studi kami nantinya. Selain itu, kami juga diingatkan kembali bagaimana peran sebagai seorang pemimpin untuk bangsa Indonesia. Setelah selesai mengikuti orientasi, kami pergi menuju ke Capital House dengan ditemani oleh Rachel dan Lindsay. Hari kedua di DC, kami semua merasa lemas dan gemetar, tidak terlalu konsen untuk mengikuti orientasi karena sudah beberapa hari tidak makan nasi. hehe (maklum, meski jiwa raga sudah di Amerika, namun perut masih dalam standart Indonesia). Namun di hari kedua, akhirnya kami menemukan masakan Korea yang ada nasinya. Di hari ketiga pun, tepat di depan kantor IIE ada restoran Thailand yang terdapat menu nasi di sana. Sempat juga kami kewalahan menghitung tagihan karena sistem pembayaran di Amerika menggunakan dollar dan sudah menjadi kewajiban untuk memberi tips dan membayar pajak. Dengan berunding lebih dari 15 menit, akhirnya kami membayar dengan adil, plus uang koin maksudnya.
Hari 3:
Di hari ketiga ini, kita diberi pengetahuan tentang dunia akademik di Amerika dan beberapa persiapan tentang hidup di Amerika, misalnya cara membuka bank dan bagaimana memiliki persiapan yang matang untuk belajar di graduate study. Pagi hari kami berangkat menuju IIE. Sebelum berangkat ke IIE, kami menyempatkan diri untuk berfoto ke White House, tempat dimana President Amerika tinggal. Meski cuaca yang sempat gerimis, namun hal itu tak menyurutkan semangat kami untuk berfoto sebanyak-banyaknya. hehe. Kami begitu terkesima dengan kota DC yang begitu indah dengan bangunan-bangunan yang unik. Di beberapa sudut kota terdapat beberapa patung yang tatanannya hampir sama. Sempeat juga kami berputar-putar mencari hotel tempat kami tinggal karena letaknya yang hampir mirip. Sore hari ketika selesai orientasi, tak lupa juga kami berfoto bersama orang-orang IIE yang telah dan akan membantu kami. Seusai dari IIE, kami pergi ke KBRI karena sudah ada janji untuk bertemu dengan para atase RI. Sedikit kurang beruntung karena ternyata Dubes RI tidak ada di tempat. Kami hanya bertemu dengan beberapa atase yang dilanjutkan dengan jamuan makan malam di restoran Thailand.

Hari 4
Hari keempat merupakan hari terakhir kami untuk tinggal di DC. Pada hari ini kami semua berangkat menuju negara bagian masing-masing. Hampir sebagian besar dari kami berangkat dengan beberapa teman menuju bandara di Washington. Setelah mengambil uang deposit $100 di meja resepsionist hotel, akhirnya kami masuk bus yang telah menunggu di depan hotel.

Itulah pengalaman unik di Washington D.C. Dan sekarang tiba saatnya untuk belajar karena tugas di kampus sudah menumpuk dan menanti untuk diselesaikan.