Paseban, Jakarta 5 November 2013
Dunia
akademik memang sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan tugas-tugas.
Bagi siswa yang sedang belajar di universitas, biasanya mereka akan lebih
sering mendapatkan tugas presentasi. Cara belajar antara siswa satu dengan yang
lainpun juga tidak sama. Dengan demikian, akan sangat penting bagi mereka untuk
dapat mengetahui beberapa faktor pendukung keberhasilan dalam belajar.
Mengetahui
gaya belajar adalah salah satu pengetahuan awal yang perlu dipahami oleh
seorang siswa. Apakah mereka tipe seorang yang belajar di keadaan yang sepi,
ramai ditemani dengan musik, atau belajar sambil mengirim sms, melihat TV, atau
makan. Melalui proses belajar ke luar negeri ini, saya lebih memahami betapa
pentingnya mengetahui cara belajar diri sendiri. Hal tersebut akan sangat
menentukan keberhasilan kita dalam menguasai suatu materi. Amat terlebih jika
belajar suatu materi di bahasa yang berbeda, bukan bahasa Indonesia. Sehingga
memahami bagaimana tipe belajar kita adalah kemampuan yang mutlak diperlukan.
Terdapat
beberapa hal mendasar yang tidak boleh diremehkan ketika mendapat tugas di
kelas. Poin pertama adalah membuat persiapan. Seorang yang berhasil adalah
seorang yang memiliki persiapan yang matang sebelum due date tugas. Ketika saya mendapat tugas presentasi, lagi-lagi
dengan menggunakan bahasa yang bukan bahasa Indonesia, saya harus melakukan
latihan berulang-ulang baik di depan cermin maupun di depan boneka saya. Baik
itu membuat catatan kecil, mengedit tampilan power point, memprediksi
pertanyaan yang mungkin diajukan peserta, memastikan grammar, dan mengetahui siapa yang akan menjadi peserta di
presentasi saya. Akan sangat lebih, lebih, dan lebih terasa betapa pentingnya
persiapan jika Anda melakukan presentasi dengan bahasa yang bukan Anda gunakan
sehari-hari. Kalau selama S1 saya pernah belajar dengan SKS, saya akan sangat
kelabakan jika saya harus menerapkan cara belajar tersebut saat ini. Poin yang
kedua adalah belajar dari cara belajar anak Sekolah Dasar. Seperti biasanya,
anak SD selalu akan diingatkan oleh kedua orang tuanya untuk sarapan sebelum menghadapi
tes di sekolah. Selain itu, waktu malam hari harus tidur yang lelap supaya
besok tidak mengantuk ketika belajar di sekolah. Ternyata, hal-hal mendasar
tersebut sangat bermanfaat bagi saya untuk diingat kembali dan diterapkan di
persiapan S2 saya. Saya harus memiliki energi yang cukup dan tidur yang nyenyak
sebagai bentuk persiapan sebelum mempresentasikan materi saya. Tipsnya di sini
adalah belajar dari seorang anak kecil.
Satu
hal terakhir yang sangat penting adalah, ketika mendengarkan seorang
guru/dosen/pemateri yang sedang menjelaskan materi, perhatikan dengan sungguh
sungguh dengan siapa Anda duduk. Ada sebagian teman saya yang paling suka
berbicara ketika dosen sedang menjelaskan, ada pula yang sibuk sendiri dengan handphone yang sering berbunyi setiap
detiknya karena ada peringatan dari jejaring sosial. Jika merasa terganggu,
gampang saja, segera pindah dan jangan duduk dekat-dekat dengan mereka lagi di kelas
yang akan datang. Kalau budaya di Indonesia masih membolehkan peserta untuk
berbicara dan sibuk sendiri dengan urusan-urusan yang seharusnya ditinggal
sementara waktu ketika ada seorang yang sedang presentasi di depan kelas, hal
tersebut tidak berlaku di budaya belajar outside
Indonesia. Jika orang tidak memperhatikan apa yang sedang disampaikan, maka
orang lain akan melihat dirinya sebagai seorang pengganggu. Budaya
memperhatikan merupakan skill yang
masih kurang dipahami dan diterapkan di Indonesia.
Intinya,
persiapan yang matang sebelum mengumpulkan dan mempresentasikan tugas. Jangan
lupa bahwa hal-hal mendasar seprti sarapan dan mendapat tidur lelap sebelum
menghadapi ujian adalah dua hal yang penting. Semoga share pengalaman saya ini
membantu yah, apa lagi jika pembaca sedang mempersiapkan belajar dengan
menggunakan bahasa asing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar