Paseban, Jakarta 30 November 2013
Hari ini saya menghadiri acara puncak dari seminar series yang
diselenggarakan di FKUI. Pada seminar tersebut hadir dua tokoh penting,
Megawati dan Jokowidodo. Pada kesempatan tersebut saya sungguh merasa bersyukur
karena buat saya, hal tersebut merupakan kesempatan yang langka bagi saya yang
tinggal di desa kecil di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, untuk dapat bertemu
secara langsung dengan para tokoh bangsa. Tentunya, bertemu dengan Jokowi
merupakan impian saya semenjak beliau menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta.
Ternyata manajer hidup saya berbaik hati dengan mengatur waktu untuk saya dapat
bertemu dengan beliau-beliau.
Pada seminar tersebut Megawati memaparkan dua masalah utama yang dihadapi
bangsa Indonesia. Masalah yang pertama adalah rendahnya wibawa bangsa
Indonesia. Jika berbicara mengenai wibawa bangsa, harusnya kita mempunyai
wibawa yang tinggi karena kita hidup di negara yang teramat kaya jika
dibandingkan dengan negara lain. Karena negara berprestasi adalah negara yang
memiliki wibawa atas apa yang dimilikinya. Namun kenyataan di Indonesia berkata
lain. Salah satu contoh adalah, banyak sekali masyarakat Indonesia yang begitu
menjunjung tinggi dan cenderung menganggap bahwa apa yang dikatakan oleh orang
asing adalah benar dan baik. Seharusnya masyarakat Indonesia memiliki keyakinan
bahwa mereka mampu memberikan pendapat dan ide cemerlang dengan orang asing serta
dapat membangkitkan rasa percaya diri mereka untuk menjunjung tinggi martabat
bangsa Indonesia. Masalah yang kedua adalah masyarakat Indonesia tidak percaya
pada institusi publik. Percaya atau tidak, banyak lembaga pemerintah yang tidak
berdaya menghadapi masyarakatnya. Suatu contoh adalah ketika pemerintah ingin
menertibkan para pedagang kaki lima, seringkali mereka takut dengan para preman
yang sudah bertahun-tahun menguasai daerah tersebut. Padahal kenyataannya,
menurut Jokowi, asalkan kita dapat bermusyawarah dengan benar dan dengan tujuan
yang baik tentunya para preman juga akan memahami betapa pentingnya ketertiban.
Satu hal yang menarik dari seminar yang saya hadiri adalah ketika Ibu
Megawati menceritakan pengalamannya sewaktu beliau bersama dengan ayahnya, Bung
Karno. Beliau selalu menasehatkan bahwa “jika ingin menjadi pemimpin jangan
berada di mercusuar gading”. Ibu Megawati yang saat itu masih belum terlalu
paham mengenai dunia luas berpikir, “Apa itu mercusuar gading?”. Ternyata,
setelah ditelaah lebih lajut, hal tersebut mengacu kepada karakter seorang
pemimpin. Pemimpin itu hendaknya jangan hanya bersenang-senang dengan
kedudukannya, melainkan harus ke bawah dan melihat kondisi rakyat yang
sesungguhnya. Tugas utama seorag pemimpin adalah melayani dan bukan dilayani.
Pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan kepada para anggotanya supaya
mampu menciptakan gebrakan-gebrakan baru untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Jika berbicara masalah, tentunya manusia juga tidak terlepas dari banyak
masalah. Selain itu, jika kita ingin menelaah lebih dalam, masalah merupakan
kunci pendewasaan bagi setiap pribadi untuk dapat menemukan sebuah solusi yang
tepat dari permasalahan yang kita hadapi. Mengacu pada masalah bangsa ini,
solusi yang tepat adalah dengan mengembalikan falsafah hidup kepada Pancasila.
Dari lima sila yang ada di Pancasila, jika dirangkum menjadi satu kata, maka
terciptalah kata “gotong-royong.” Sikap gotong royong inilah yang mampu membuat
bangsa ini berwibawa dimata bangsa lain dan untuk setiap pribadi yang mengaku
berbangsa satu dan bertanah air Indonesia. Sikap gotong-royong ini memiliki
makna yang sangat dalam karena mencerminkan adat tradisi bangsa Indonesia.
Fakta yang baru saya tahu bahwa sikap ini digali oleh Presideng RI yang
pertama, Soekarno, seperti sebuah mutiara. Tentunya kita paham, betapa kita
sering meremehkan sikap ini ketika kita mempelajarinya di bangku sekolah dulu.
Semoga, rangkaian tulisan yang saat ini saya bagikan dapat memberikan
inspirasi bagi kita semua tentang pentingnya wawasan kebangsaan. Serta kita
juga harus paham terhadap masalah yang saat ini dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Dengan demikian, kita mampu menempatkan diri kita di posisi yang mana dan
diharapkan pula bahwa kita mampu mengambil tindakan yang tepat sesuai norma
yang berlaku di negara Indonesia.
Bless you my Indonesia :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar