Minggu, 08 Desember 2013

DIAJAK PUSING

Puncu, Kediri 5 Desember 2013

Selama proses pendaftaran dan persiapan saya ke luar negeri, saya dipertemukan dengan banyak sekali calon dan orang hebat. Saya masih ingat ketika pada tahun 2012 lalu, saya lolos dalam seleksi beasiswa persiapan keberangkatan ke luar negeri, yang sebenarnya beasiswa tersebut khusus untuk dosen yang sudah memiliki nomor induk nasional. Persiapan tersebut berupa kelas persiapan bahasa dan dunia akademik yang diadakan di Jakarta selama kurang lebih enam bulan. Di tempat itulah saya bertemu dengan seseorang yang memiliki karakter unik namun hebat, yang megajak saya untuk pusing. Hehehe

Persiapan yang saya dapatkan di tempat kursus tersebut adalah persiapan tes IELTS, yang merupakan salah satu persyaratan bahasa internasional bagi setiap siswa yang ingin melanjutkan ke Australia, NZ, dan UK  (meski sekarang banyak negara juga telah menerima IELTS, termasuk Amerika). Waktu itu saya hanya berpikir bahwa Australia lebih dekat (meski dalam hati saya selalu ingin berangkat ke Amerika), jika memungkinkan malah bisa mengajak saudara untuk berkunjung ke negeri tersebut. Tanpa berpikir panjang, akhirnya saya memulai mencari-cari universitas di Australia. Setelah beberapa waktu, akhirnya saya berhasil menemukan beberapa kampus yang sesuai dengan jurusan dan persyaratan bahasa. Namun menjelang satu bulan terakhir di pelatihan tersebut, ada seseorang yang nyeletuk bilang ke saya  waktu sedang berpapasan menuju ruang kecil di perpustakaan “Apa Maretha gak pengen coba kayak saya? kamu harus coba iBT Maretha”

Beliau adalah Bapak M. Syaiful Aris, seorang dosen dari fakultas hukum Universitas Airlangga, Surabaya. Saya masih ingat waktu itu, dengan gayanya yang humoris beliau mengajak saya untuk mencoba tes bahasa internasional selain IELTS, yaitu iBT TOEFL. Saya pun langsung menjawab “gak ah Pak, tambah pusing saya nanti (dengan ekspresi senyum-senyum sembari sedikit kabur ingin melarikan diri)”. Meski sempat beberapa kali saya melihat brosur tentang belajar di Amerika, karena waktu itu saya sudah tidak mau ribet dan pusing-pusing lagi dengan standar bahasa-bahasa yang lain, jadi saya hanya fokus pada IELTS. Ditambah lagi, saya sedikit kecewa karena sudah apply beberapa beasiswa  ke Amerika tapi belum juga berhasil lolos. Tapi kenyataan berkata lain...
List universitas di Australia sudah ada di tangan, dan saya terus mengatakan tidak untuk ajakan Pak MSA (singkatan dari M. Syaiful Aris), sampai akhirnya saya sekarang malah akan berangkat ke Amerika :). Jujur saja, waktu menerima ajakan dari Pak MSA, saya melihat beliau itu jadi malah pusing sendiri, harus berpikir ya IELTS ya iBT. Apalagi ketika saya meminta proofread (membaca untuk menganalisa tulisan) essay saya, beliau menolak dengan alasan tekanan darahnya sedang naik akibat terlalu banyak dan sering belajar di bulan puasa dengan menu berbuka kare. Sampai suatu ketika ada sebuah workshop dari lembaga yang menangani studi di Amerika yang membawa saya menghadapi realita kepusingan.
Mungkin ini yang dinamakan takdir, seberapapun menolak akhirnya tetap menemuinya. Sama halnya dengan saya, seberapapun saya menolak ajakan Pak MSA waktu itu, akhirnya saya harus berhadapan juga dengan pusing memikirkan skor di iBT. Namun sekali lagi, yang namanya sudah kehendakNya, manusia tidak bisa mengelak. Perlahan tapi pasti, skor iBT saya meningkat, dari 78 sampai ke 81. Saya hanya berpikir bahwa dari hasil peningkatan tersebut, itu semua adalah perkara waktu yang mengijinkan kapan saya boleh berangkat ke luar negeri dan dengan beasiswa apa yang akan membawa saya ke sana. Karena ternyata di balik proses mengerjar skor, saya kembali dipertemukan dengan hal-hal baru yang belum pernah saya temui. Selain itu, sebenarnya saya juga telah mendapatkan beasiswa dari pemerintah Indonesia, namun dengan beberapa pertimbangan akhirnya saya memutuskan untuk memberikan jatah tersebut ke pihak lain.

Singkatnya, meski waktu itu saya diajak pusing oleh Pak MSA, akhirnya saya bisa melaluinya. Pusing tersebut membawa saya ke negeri Paman Sam yang ternyata itu adalah mimpi saya sejak kecil untuk dapat belajar di negeri yang jauuuh dari Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, saya juga berhasil mengikuti jejak beliau dengan menjadi salah satu scholar di beasiswa USAID PRESTASI. Ternyata pusing itu membawa hikmah juga ya. :) 

TUTUP USIA DI JAKARTA

SOETTA, Jakarta 1 Desember 2013

Hari ini selesai sudah semua kegiatan saya di Jakarta. Banyak dan sungguh banyak sekali informasi dan pengetahuan yang saya dapatkan selama saya tinggal di Jakarta untuk kedua kalinya, baik itu pengetahuan mengenai bahasa, persiapan belajar saya ke luar negeri, bertemu dengan saudara-saudara baru di seluruh Indonesia, serta wawasan tentang Indonesia tercinta.

Selama kurang lebih satu bulan saya telah belajar di Universitas Indonesia, tepatnya di Lembaga Bahasa Internasional. Sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri, setiap peserta penerima beasiswa USAID PRESTASI diwajibkan untuk mengikuti pelatihan yang dipersiapakan oleh panitia beasiswa. Berdasarkan hasil tes di awal dan beberapa pertimbangan, saya masuk ke dalam kelas persiapan selama satu bulan, ada pula teman yang lain yang masuk ke kelas empat maupun enam bulan. Saya bersyukur karena tidak terlalu lama berada di Jakarta, jujur saja, saya kurang betah jika harus makan setiap hari tanpa memasak sendiri. Karena yang paling utama buat saya adalah kebersihan dan gizi yang memenuhi. Selama belajar di LBI UI, saya dibekali bagaimana menyelesaikan soal tes iBT, yang merupakan tes kemampuan untuk mengukur bahasa. Sekali lagi saya bersyukur karena saya telah berhasil melalui kelas tersebut dengan tanpa kekurangan apapun.

Saya dibekali pengetahuan tentang bagaimana mempersiapakan diri memasuki dunia akademik di luar negeri. Tidak hanya persiapan bahasa, namun juga persiapan tentang bagaiman tinggal di luar negeri, setiap peserta diberikan informasi mengenai bagaimana menghadapi isu-isu yang saat ini sedang hangat diperbincangkan serta isu yang sering terjadi di luar negeri, misalnya gender issue. Panitia telah mempersiapkan materi sedemikian rupa dan mengundang para pembicara yang sangat luar biasa di bidangnya. Beberapa pembicara berasal dari kedutaan Amerika dan sebagian merupakan alumni program PRESTASI. Saya juga belajar mengenai public speaking. Suatu kemampuan yang membekali saya tentang bagaimana berbicara di depan umum. Tujuan dari latihan tersebut adalah supaya para peserta berhasil menyampaikan pesan  kepada peserta yang sedang mendengarkan. Tak lupa pula, panitia mempersiapkan beberapa hadiah yang memiliki ciri USAID yang dibagikan kepada peserta. Merupakan suatu pengalaman yang berharga untuk saya dapat mengikuti proses persiapan dengan saudara-saudara baru.

Saya dipertemukan oleh manajer hidup saya dengan anggota keluarga baru yang berasal dari seluruh Indonesia dengan berbagai suku dan bahasa. Sungguh suatu kesempatan yang tidak pernah terlupakan untuk saya karena telah masuk dalam sebuah proses kehidupan yang membawa saya sedikit lebih memiliki pengetahuan yang bertambah mengenai budaya Indonesia. Saya bertemu dengan mereka para perwakilan putra-putri daerah dari Sabang sampai Merauke. Mereka adalah putra-putri bangsa terbaik di bidangnya yang akan menuntut ilmu di negeri orang demi memberikan kontribusi bagi Indonesia ke depan. Saya banyak mendapatkan inspirasi dari mereka tentang bagaimana harus menghargai perbedaan. Tak kalah pentingnya, saya juga belajar beberapa budaya dari mereka di mana pengetahuan saya mengenai Indonesia secara tidak langsung juga bertambah. Semakin bertambah lagi karena saya diberi kesempatan untuk bertemu dan mendengarkan pandangan dari para tokoh bangsa.

Tidak kalah pentingnya, saya mendapatkan pengalaman yang akan selalu saya ingat karena telah bertemu para tokoh bangsa di Indonesia ini. Di minggu terakhir selama saya tinggal di Jakarta, saya diberikan kesempatan bertemu dengan Abraham Samad, M. Mahfud MD, Surya Paloh, Anis Matta, Effendy Gazali, Wiranto, Harry Tanoesoedibjo, Ibu Megawati, dan tentunya Jokowi. Beliau-beliau adalah para tokoh bangsa yang memiliki peran berpengaruh terhadap perkembangan Indonesia. Saya semakin memahami bahwa sebagai warga negara Indonesia, kita patut bangga dan menjunjung tinggi martabat bangsa ini. Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta bersikap layaknya orang Indonesia yang ramah dan bergotong-royong. :)
Tulisan ini merupakan ringkasan cerita saya yang sangat singkat selama saya berada di Jakarta. Sebuah rangkuman yang kiranya mampu memberikan inspirasi bagi generasi uda untuk terus memiliki cita-cita setinggi langit dan terus berusaha mencapainya. Saya telah tutup usia di Jakarta untuk program persiapan studi saya. Begitu banyak hal berharga yang telah saya lalui dan yang akan sangat sayang jika saya tidak membagikannya kepada orang lain. Saat ini saya sedang menunggu training selanjutnya, yaitu leadership training.
Enjoy reading 

Sabtu, 30 November 2013

MASALAH UTAMA BANGSA INDONESIA


Paseban, Jakarta 30 November 2013

Hari ini saya menghadiri acara puncak dari seminar series yang diselenggarakan di FKUI. Pada seminar tersebut hadir dua tokoh penting, Megawati dan Jokowidodo. Pada kesempatan tersebut saya sungguh merasa bersyukur karena buat saya, hal tersebut merupakan kesempatan yang langka bagi saya yang tinggal di desa kecil di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, untuk dapat bertemu secara langsung dengan para tokoh bangsa. Tentunya, bertemu dengan Jokowi merupakan impian saya semenjak beliau menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta. Ternyata manajer hidup saya berbaik hati dengan mengatur waktu untuk saya dapat bertemu dengan beliau-beliau.

Pada seminar tersebut Megawati memaparkan dua masalah utama yang dihadapi bangsa Indonesia. Masalah yang pertama adalah rendahnya wibawa bangsa Indonesia. Jika berbicara mengenai wibawa bangsa, harusnya kita mempunyai wibawa yang tinggi karena kita hidup di negara yang teramat kaya jika dibandingkan dengan negara lain. Karena negara berprestasi adalah negara yang memiliki wibawa atas apa yang dimilikinya. Namun kenyataan di Indonesia berkata lain. Salah satu contoh adalah, banyak sekali masyarakat Indonesia yang begitu menjunjung tinggi dan cenderung menganggap bahwa apa yang dikatakan oleh orang asing adalah benar dan baik. Seharusnya masyarakat Indonesia memiliki keyakinan bahwa mereka mampu memberikan pendapat dan ide cemerlang dengan orang asing serta dapat membangkitkan rasa percaya diri mereka untuk menjunjung tinggi martabat bangsa Indonesia. Masalah yang kedua adalah masyarakat Indonesia tidak percaya pada institusi publik. Percaya atau tidak, banyak lembaga pemerintah yang tidak berdaya menghadapi masyarakatnya. Suatu contoh adalah ketika pemerintah ingin menertibkan para pedagang kaki lima, seringkali mereka takut dengan para preman yang sudah bertahun-tahun menguasai daerah tersebut. Padahal kenyataannya, menurut Jokowi, asalkan kita dapat bermusyawarah dengan benar dan dengan tujuan yang baik tentunya para preman juga akan memahami betapa pentingnya ketertiban.

Satu hal yang menarik dari seminar yang saya hadiri adalah ketika Ibu Megawati menceritakan pengalamannya sewaktu beliau bersama dengan ayahnya, Bung Karno. Beliau selalu menasehatkan bahwa “jika ingin menjadi pemimpin jangan berada di mercusuar gading”. Ibu Megawati yang saat itu masih belum terlalu paham mengenai dunia luas berpikir, “Apa itu mercusuar gading?”. Ternyata, setelah ditelaah lebih lajut, hal tersebut mengacu kepada karakter seorang pemimpin. Pemimpin itu hendaknya jangan hanya bersenang-senang dengan kedudukannya, melainkan harus ke bawah dan melihat kondisi rakyat yang sesungguhnya. Tugas utama seorag pemimpin adalah melayani dan bukan dilayani. Pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan kepada para anggotanya supaya mampu menciptakan gebrakan-gebrakan baru untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Jika berbicara masalah, tentunya manusia juga tidak terlepas dari banyak masalah. Selain itu, jika kita ingin menelaah lebih dalam, masalah merupakan kunci pendewasaan bagi setiap pribadi untuk dapat menemukan sebuah solusi yang tepat dari permasalahan yang kita hadapi. Mengacu pada masalah bangsa ini, solusi yang tepat adalah dengan mengembalikan falsafah hidup kepada Pancasila. Dari lima sila yang ada di Pancasila, jika dirangkum menjadi satu kata, maka terciptalah kata “gotong-royong.” Sikap gotong royong inilah yang mampu membuat bangsa ini berwibawa dimata bangsa lain dan untuk setiap pribadi yang mengaku berbangsa satu dan bertanah air Indonesia. Sikap gotong-royong ini memiliki makna yang sangat dalam karena mencerminkan adat tradisi bangsa Indonesia. Fakta yang baru saya tahu bahwa sikap ini digali oleh Presideng RI yang pertama, Soekarno, seperti sebuah mutiara. Tentunya kita paham, betapa kita sering meremehkan sikap ini ketika kita mempelajarinya di bangku sekolah dulu.

Semoga, rangkaian tulisan yang saat ini saya bagikan dapat memberikan inspirasi bagi kita semua tentang pentingnya wawasan kebangsaan. Serta kita juga harus paham terhadap masalah yang saat ini dihadapi oleh bangsa Indonesia. Dengan demikian, kita mampu menempatkan diri kita di posisi yang mana dan diharapkan pula bahwa kita mampu mengambil tindakan yang tepat sesuai norma yang berlaku di negara Indonesia.

Bless you my Indonesia :) 

INI BONUSKU-1

Paseban, Jakarta 29 November 2013
                Bermimpi untuk dapat belajar ke luar negeri, adalah salah satu harapan saya semenjak kecil. Saat ini saya sedang berada sedikit lebih dekat dengan mimpi saya tersebut. Meski banyak orang terkadang tidak suka dengan kata “mimpi” karena ketika mereka bangun, apa yang diimpikan itu tidak ada sehingga mereka lebih suka menyebut dengan kata “visi” untuk menggambarkan cita-cita seseorang. Namun, apapun istilahnya, buat saya tidak masalah karena yang terpenting adalah makna dari kata tersebut dan seberapa besar semangat seseorang untuk menggapai apa yang menjadi angan mereka. Ketika seseorang melakukan segala sesuatu dengan ikhlas, tentunya sang Maha Kuasa tidak akan tinggal diam. Dia pasti membuka jalan dan bahkan memberikan bonus ditengah-tengah usaha kita.
                Usaha saya untuk belajar ke luar negeri selama ini ternyata tidak sia-sia karena pada tahun 2013 saya mendapatkan beasiswa dari pemerintah Amerika dan ada pula bonus yang saya terima dari manajer hidup saya. Bonus saya adalah, saya dapat bertemu dengan para tokoh pemimpin bangsa selama saya mempersiapkan diri menuju negeri Paman Sam. Tepatnya, saya bertemu dengan Abraham Samad, M. Mahfud MD, Surya Paloh, Wiranto, dan Hary Tanoesoedibjo dalam acara series seminar yang diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
               
Pada tanggal 28 November 2013, saya beserta salah satu teman dari Medan datang di seminar tersebut. Sebagai pembicara adalah Ketua Partai Nasional Demokrat, Surya Paloh. Dalam penjelasannya, beliau lebih menekankan kepada pentingnya suatu bangsa memiliki sikap mandiri, seperti apa yang diharapkan oleh Bung Karno silam.  Karena sikap mandiri tersebut mencerminkan jati diri bangsa Indonesia. Jati diri Indonesia yang mengutamakan sikap saling gotong royong satu dengan yang lain, yang menganggap bahwa tidak ada perbedaan antara satu umat dengan umat yang lain atau yang lebih sering dikenal dengan “duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi”. Namun kenyataan yang terjadi sekarang adalah banyak masyarakat Indonesia yang timpang sosial, yang kaya akan sangat kaya dan yang miskin akan sangat miskin dan kesejahteraan masyarakat Indonesia belum sepenuhnya merata. Melihat hal tersebut tentunya memberikan pengertian kepada kita bahwa Indonesia perlu membangun suatu karakter.
                Karakter yang diperlukan oleh setiap individu adalah karakter yang paham akan siapa dirinya dan posisinya terhadap orang lain. Masyarakat Indonesia hendaknya mampu memahami bahwa mereka tinggal di suatu negara yang kaya akan sumber daya alamnya yang sangat potensial untuk dikembangkan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai bangsanya sendiri dan menciptakan perdamaian bagi bangsa lain. Penting bagi kita untuk memiliki wawasan yang luas bukan hanya tentang bangsa Indonesia melainkan tentang bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, saya selama ini sadar bahwa belajar ke luar negeri semata-mata bukan hanya karena saya ingin dapat jalan-jalan ke negara lain melainkan pengetahuan dan wawasan yang akan saya dapatkan tentunya akan bertambah. Bukan pula untuk merendahkan sistem pendidikan di Indonesia melainkan karena saya ingin memajukan sistem pendidikan bagi bangsa ini, saya merasa bahwa saya ingin memperluas pengetahuan saya terlebih dahulu di dunia internasional untuk saya dapat mengembangkan setiap potensi yang bangsa Indonesia miliki. Dari pemahaman akan siapa dirinya, mereka mampu untuk berinteraksi dengan orang lain ketika berkomunikasi. Mampu menjelaskan bahwa mereka tinggal di negara yang kaya sumber daya alam dan mampu mempromosikan serta mengembangkan demi kemajuan bangsa. Dari sikap tersebut, muncul satu karakter yang teramat penting, yaitu kepemimpinan.
                Kepemimpinan merupakan karakter yang penting karena dengan karakter ini manusia dapat memberikan pengaruh yang baik sesuai dengan karakter seorang pemimpin. Mereka mampu menularkan contoh dan semangat yang dapat memberikan dampak positif bagi sekitar.
                Merujuk kepada seminar yang di hadiri oleh Surya Paloh sebagai pembicara, bahwa bangsa ini adalah bangsa yang besar. Bangsa yang seharusnya menjadi negara maju dan trend-center bagi bangsa lain akan kekayaan yang dimiliki oleh bangsa ini, mulai dari pulau-pulau, kelautan, garis pantai Indonesia yang merupakan terpanjang di dunia, struktur tanah yang subur, mineral yang melimpah, serta penduduk yang banyak. Sungguh miris melihat kenyataan bahwa masih sebagian besar kekayaan alam kita masih dikuasai oleh pihak asing dalam hal pengolahan.
          
 
Dari pemaparan tersebut, hendaknya kita mampu mengoptimalkan apa yang bangsa Indonesia punya melalui segala aspek kehidupan yang saat ini kita tekuni. Melakukan yang terbaik atas apa yang menjadi tugas kita dan melakukannya dengan rasa penuh tanggungjawab, akan membawa perubahan yang berarti bagi bangsa ini. Kiranya, yang Maha Kuasa memberikan bonus-bonus kehidupan seperti apa yang saya alami ketika kita mau dengan tulus melaluinya.

Bless you all :) 

Senin, 25 November 2013

MADONNA-MOTIVASI MENUJU USA


Paseban, Jakarta 25 November 2013

                Hari ini saya beserta ke lima orang teman menghadiri pertemuan singkat dengan panitia beasiswa PRESTASI untuk membicarakan beberapa rencana ke depan yang harus dilakukan oleh peserta penerima beasiswa. Setelah mengikuti pelatihan selama kurang lebih satu setengah bulan di salah satu universitas bergengsi di Indonesia, sampailah kami kepada pendaftaran ke beberapa universitas di negeri Paman Sam.
                Dalam pertemuan singkat yang bisa dibilang santai namun serius, satu persatu dari kami menyampaikan daftar empat nama universitas tujuan sesuai yang dipersyaratkan oleh panitia. Mulailah kami secara bergantian menyebutkan nama dan alasan kenapa kami memilih universitas-universitas tersebut.

                Salah satu teman dari bidang kesehatan memilih suatu program di universitas di daerah California karena penelitian dan kerjasama yang terjalin dengan lembaga-lembaga internasional dalam bidang Maternal Health. Ada pula teman dari Lombok yang memilih suatu universitas tertentu karena program yang ditawarkan sangat cocok dan tidak banyak universitas di US yang menyediakan program yang ingin dia tekuni. Sama halnya dengan saya yang berangkat dalam bidang pendidikan, meski banyak yang menawarkan program Elementary Education di Graduate School-nya, namun karena harus mempertimbangkan beberapa syarat dari panitia, sehingga tidak semua universitas tersebut dapat saya saya pertimbangkan untuk menempuh master saya. Misalnya, di beberapa universitas meminta saya untuk mengambil tes di daerah tersebut sebelum saya melamar ke universitas yang ingin saya tuju. Jadi memilih universitas itu harus memperhatikan beberapa faktor dan bukan hanya ranking universitas tersebut di US secara keseluruhan. Namun berbeda dengan alasan dari teman saya yang berasal dari Depok.               Setelah mendaftar 4 nama universitas tujuan, ternyata dia mengatakan bahwa lebih memilih universitas A karena di universitas B lokasinya di desa dan akses menuju kampus merupakan kawasan hutan, ditambah lagi dia harus naik sepeda jika berangkat kuliah. Serentak semua orang yang berada di ruangan tersebut terkejut dan tertawa heran. Apa yang harus dibingungkan jika lokasi kampusnya terletak di dekat hutan? Tanya seorang panitia beasiswa. Menurut teman saya, karena universitas tersebut letaknya tidak di pusat kota, New York misalnya, sehingga jalan menuju ke kampus adalah berupa hutan. Waw, menurut pendapat dari teman lain, akan sangat menyenangkan jika setiap hari bisa melewati pemandangan hijau yang terbentang sepanjang jalan menuju arah kampus. Mata kita dapat disejukkan oleh warna warni hijau alam dan tentunya, meski dibilang bahwa kampusnya terletak di daerah pedesaan, yang pasti desanya Amerika tentu akan berbeda dengan desanya Indonesia, tegas seorang panitia meyakinkan teman saya.
                Namun satu hal yang membuat saya dan teman-teman yang lain tertawa termotivasi adalah karena salah satu teman berasal dari Medan, Sumatera Utara, memiliki motivasi untuk pergi ke University of Michigan dengan semua hal yang berkaitan dengan artis Madonna. Semua hal yang ada di sekelilingnya selalu berkaitan dengan Madonna, Madonna, dan Madonna. Universitas tersebut memiliki lambang huruf M, dan teman saya bilang bahwa itu adalah inisial untuk sang diva (meski tidak ada hubungan akademisnya). Tahun ini, putri dari Madonna akan melanjutkan ke universitas yang sama dengan teman saya, sehingga kemungkinan untuk bertemu dengan artis papan atas tersebut akan lebih besar. Tak hanya itu, setiap hari teman saya akan selalu menyanyikan lagu saingkat atau pun bercerita tentang Madonna kepada orang di sekitarnya (khususnya teman berlima, sampai merasa sangat cukup mendengarnya, hehehehe). Namun apa pun alasannya, universitastersebut memang tidak bisa dipungkiri bahwa merupakan salah satu universitas terbaik di US.
                Apapun alasan yang kami masing-masing miliki untuk melanjutkan ke US, itu semua merupakan alasan yang selalu memotivasi kita untuk belajar dan mengenal budaya lain yang lebih beragam. Selain itu, kesempatan untuk kami dapat boleh belajar di negeri orang sehingga memberi kesempatan untuk kami dapat memiliki pikiran yang terbuka dan belajar untuk berpikir kritis terhadap isu-isu yang sedang terjadi. Seperti teman saya yang terobsesi untuk dapat bertemu dengan Madonna, apa yang diimpikan membuat kita merasa perlu untuk memiliki motivasi demi menggapai cita-cita di kemudian hari. Tentunya, sang Maha Kuasa juga tidak tinggal diam, lewat semua proses yang boleh terjadi pada masing-masing kita, ada maksud tersendiri kenapa proses tersebut boleh terjadi pada kita. Amat terlebih, Dia juga memberikan bonus-bonus yang lain ketika kita ikhlas menjalaninya. Tidak hanya dengan diwujudkannya keinginan dan harapan kita, melainkan mungkin kita dipertemukan dengan rejeki yang tidak pernah kita pikirkan.

Enjoy my story :) 

Kamis, 07 November 2013

31 PEMUDA UNTUK INDONESIA


Paseban, Jakarta 7 November 2013

                Untuk kesekian kalinya, saya tidak berhenti bersyukur kepada manajer hidup saya atas semua rencana yang telah ditetapkan ke dalam hidup saya.
                Pada tanggal 6 Oktober 2013, saya beserta ke 31 generasi muda yang berpotensi di Indonesia menghadiri acara Award Ceremony di kedutaan besar Amerika yang bertempat di Multi-Purpose Room (810), 8th floor, USAID Indonesia, Gedung Sarana Jaya, Jl. Budi Kemuliaan I/1 Jakarta Pusat. Seperti pada umumnya, sebelum memasuki area gedung, semua peserta wajib diperiksa dengan ketat oleh pihak pengamanan kedutaan untuk memastikan bahwa tidak ada hal yang dianggap mencurigakan dan membahayakan yang dibawa masuk ke dalam gedung.
                Tepat pada pukul 13.30, acara Award Ceremony dimulai dengan sambutan dari salah satu pihak U.S. Beliau mengucapkan selamat kepada para scholars dengan menjabat tangan satu per satu sambil bertanya asal daerah dan bidang yang akan ditekuni. Setelah itu, secara singkat panitia memutarkan video berdurasi sekitar 5 menit tentang kesan dan pesan dari salah satu penerima beasiswa USAID PRESTASI yang sudah menyelesaikan sudinya beberapa waktu lalu.
                Saat-saat yang ditunggu akhir datang pula. Satu per satu dari kami dipanggil ke depan untuk menerima sertifikat penghargaan sebagai scholar di bidang masing-masing. Rasa bangga semakin bertambah ketika semua peserta yang hadir memberikan tepuk tangan yang meriah saat masing---masing dari kami maju ke depan. Akhirnya mimpi dari para peserta penerima beasiswa akan segera terwujud dalam beberapa langkah usaha ke depan.

                Acara tersebut ditutup dengan beberapa sambutan dari perwakilan penerima beasiswa. Tak lama setelah itu, kita semua diwajibkan untuk berfoto bersama sebagai pengabadian momen yang berharga. Terimakasih kepada semua para panitia yang telah membantu kami dalam proses belajar kami ke U.S. Selain berfoto, ada beberapa wartawan yang sudah siap untuk meliput kegiatan Award Ceremony tersebut, dan berikut adalah cuplikannya:
(akhirnya bisa masuk koran kayak artis papan atas)



               

BELAJARKU DARI ANAK SEKOLAH DASAR




Paseban, Jakarta 5 November 2013
                Dunia akademik memang sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan tugas-tugas. Bagi siswa yang sedang belajar di universitas, biasanya mereka akan lebih sering mendapatkan tugas presentasi. Cara belajar antara siswa satu dengan yang lainpun juga tidak sama. Dengan demikian, akan sangat penting bagi mereka untuk dapat mengetahui beberapa faktor pendukung keberhasilan dalam belajar.
                Mengetahui gaya belajar adalah salah satu pengetahuan awal yang perlu dipahami oleh seorang siswa. Apakah mereka tipe seorang yang belajar di keadaan yang sepi, ramai ditemani dengan musik, atau belajar sambil mengirim sms, melihat TV, atau makan. Melalui proses belajar ke luar negeri ini, saya lebih memahami betapa pentingnya mengetahui cara belajar diri sendiri. Hal tersebut akan sangat menentukan keberhasilan kita dalam menguasai suatu materi. Amat terlebih jika belajar suatu materi di bahasa yang berbeda, bukan bahasa Indonesia. Sehingga memahami bagaimana tipe belajar kita adalah kemampuan yang mutlak diperlukan.
                Terdapat beberapa hal mendasar yang tidak boleh diremehkan ketika mendapat tugas di kelas. Poin pertama adalah membuat persiapan. Seorang yang berhasil adalah seorang yang memiliki persiapan yang matang sebelum due date tugas. Ketika saya mendapat tugas presentasi, lagi-lagi dengan menggunakan bahasa yang bukan bahasa Indonesia, saya harus melakukan latihan berulang-ulang baik di depan cermin maupun di depan boneka saya. Baik itu membuat catatan kecil, mengedit tampilan power point, memprediksi pertanyaan yang mungkin diajukan peserta, memastikan grammar, dan mengetahui siapa yang akan menjadi peserta di presentasi saya. Akan sangat lebih, lebih, dan lebih terasa betapa pentingnya persiapan jika Anda melakukan presentasi dengan bahasa yang bukan Anda gunakan sehari-hari. Kalau selama S1 saya pernah belajar dengan SKS, saya akan sangat kelabakan jika saya harus menerapkan cara belajar tersebut saat ini. Poin yang kedua adalah belajar dari cara belajar anak Sekolah Dasar. Seperti biasanya, anak SD selalu akan diingatkan oleh kedua orang tuanya untuk sarapan sebelum menghadapi tes di sekolah. Selain itu, waktu malam hari harus tidur yang lelap supaya besok tidak mengantuk ketika belajar di sekolah. Ternyata, hal-hal mendasar tersebut sangat bermanfaat bagi saya untuk diingat kembali dan diterapkan di persiapan S2 saya. Saya harus memiliki energi yang cukup dan tidur yang nyenyak sebagai bentuk persiapan sebelum mempresentasikan materi saya. Tipsnya di sini adalah belajar dari seorang anak kecil.
                Satu hal terakhir yang sangat penting adalah, ketika mendengarkan seorang guru/dosen/pemateri yang sedang menjelaskan materi, perhatikan dengan sungguh sungguh dengan siapa Anda duduk. Ada sebagian teman saya yang paling suka berbicara ketika dosen sedang menjelaskan, ada pula yang sibuk sendiri dengan handphone yang sering berbunyi setiap detiknya karena ada peringatan dari jejaring sosial. Jika merasa terganggu, gampang saja, segera pindah dan jangan duduk dekat-dekat dengan mereka lagi di kelas yang akan datang. Kalau budaya di Indonesia masih membolehkan peserta untuk berbicara dan sibuk sendiri dengan urusan-urusan yang seharusnya ditinggal sementara waktu ketika ada seorang yang sedang presentasi di depan kelas, hal tersebut tidak berlaku di budaya belajar outside Indonesia. Jika orang tidak memperhatikan apa yang sedang disampaikan, maka orang lain akan melihat dirinya sebagai seorang pengganggu. Budaya memperhatikan merupakan skill yang masih kurang dipahami dan diterapkan di Indonesia.
                Intinya, persiapan yang matang sebelum mengumpulkan dan mempresentasikan tugas. Jangan lupa bahwa hal-hal mendasar seprti sarapan dan mendapat tidur lelap sebelum menghadapi ujian adalah dua hal yang penting. Semoga share pengalaman saya ini membantu yah, apa lagi jika pembaca sedang mempersiapkan belajar dengan menggunakan bahasa asing.

Rabu, 30 Oktober 2013

PIHAK PALING TEPAT MENGENAI BEASISWA



Jakarta 30 Oktober 2013

               
Terpilih sebagai salah satu peserta di beasiswa USAID PRESTASI merupakan salah satu hal yang membanggakan bagi sebagian orang, seperti halnya saya. Beberapa waktu lalu salah seorang professor dari universitas negeri di Surabaya bertanya kepada saya, kenapa tidak mendaftar beasiswa yang didanai dari pemerintah US langsung kok malah mendaftar beasiswa dari pemerintah Indonesia? Karena menurut beberapa orang, sistem pendanaan beasiswa dari pemerintah Indonesia sedikit lebih sulit. Artinya, dana beasiswa tidak bisa dijamin akan cair per bulan, mungkin bisa setiap tiga atau enam bulan sekali. Waktu itu saya menjawab, karena saya belum diterima di beasiswa dari pemerintah US. Ternyata, setelah menunggu beberapa bulan, pengumuman yang menyatakan bahwa saya diterima di beasiswa USAID PRESTASI.
                Setelah melewati beberapa proses acara, hari ini saya bertemu dengan salah satu perwakilan dari IIE yang berpusat di Washington DC, U.S., Susan. Dari percakapan yang telah dilakukan, saya tahu bahwa saya sedang berada di tangan yang tepat untuk mengukir masa depan saya. Semua aplikasi diurus oleh IIF. Mereka juga membantu menempatkan saya untuk belajar di universitas yang tepat sesuai dengan topik yang saya ingin pelajari di graduate study. IIE adalah pihak yang professional dalam menangani aplikasi. Terbukti dengan pengalaman mereka yang telah menangani sekitar 25.000 aplikan yang ingin melanjutkan belajar di US. Selain itu, banyak pihak yang telah mengetahui kredibilitas IIE. Dengan kata lain, tidak ada hal yang perlu diragukan lagi untuk menyerahkan semua proses aplikasi ke US ke pihak IIE. Jika Anda para pembaca suatu saat nanti diberi kesempatan untuk bekerjasama dengan IIE terkait urusan beasiswa, Anda patut bersyukur karena tidak semua orang mendapat kesempatan tersebut. Ada sebagian dari mereka yang memiliki keinginan untuk mendapatkan beasiswa namun tidak bisa mendapatkannya karena beberapa kendala seperti kesulitan mendapat rekomendasi atau nilai bahasa yang kurang. Namun yang terpenting adalah berusaha dengan seoptimal mungkin untuk menggapai cita-cita kita dan jika ada kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat, manfaatkan kesempatan tersebut untuk mewujudkan visi dan misi Anda dengan jalan yang sesuai aturan.
                Apa yang perlu saya lakukan sekarang adalah mengikuti semua proses yang diminta. Misalnya, saat ini saya harus menyelesaikan membuat study objective dan personal statement sebagai salah satu persyaratan mutlak untuk mendaftar sekolah di US. Study objective merupakan tulisan singkat yang menyatakan keingininan kita untuk mempelajari program di universitas tertententu di US. Sedangkan personal statement merupakan tulisan singkat yang menjelaskan bahwa kita memiliki motivasi dan goal tentang apa yang akan kita capai selama dan setelah belajar di US, intinya, lebih spesifik ditujukan kepada keinginan kita mengambil suatu program dengan menggunakan bahasa yang sedikit agak informal.
                Singkatnya, sejauh ini saya sedang mempersiapkan sebuah misi dalam dunia pendidikan karena dunia pendidikan merupakan salah satu bidang yang penting untuk perkembangan bangsa Indonesia. Ada yang mau join? J