23 Agustus
2013,,,
Untuk
pertama kalinya saya dipanggil memenuhi undangan wawancara oleh panitia USAID
PRESTASI yang diselenggarakan di hotel Grand Quality, Yogyakarta. Dokumen yang
diminta telah saya persiapkan jauh-jauh hari karena jeda antara waktu
pengumuman dengan dilaksanakannya tes wawancara lumayan lama. Saya masih ingat waktu itu wawancara
dilaksanakan setelah lebaran.
Kota Yogyakarta memang terkenal
dengan kota seni yang tinggi sehinga mulai dari pakaian tak luput dari
perhatian saya. Saya bersyukur karena selama persiapan selalu dibantu oleh
teman akrab yang memiliki pengalaman lebih jika dibandingkan dengan saya dalam
hal beasiswa. Terimakasih kepada dr. Ika beserta suami dr. Tian. Atas
saran-saran mereka, saya dapat mempersiapkan diri untuk memberi yang terbaik
dalam kesempatan wawancara tersebut.
Saya memutuskan untuk memilih
kemeja batik hitam dengan motif bunga berwarna oranye dipadukan dengan rok
hitam. Saya memilih baju tersebut karena Yogyakarta sangat kental dengan budaya
batik sehingga saya juga ingin memberikan kesan kepedulian terhadap pewawancara
yang telah hadir sekaligus untuk melestarikan budaya Indonesia.
Waktu yang dijadwalkan pukul
13.30 WIB untuk memulai wawancara ternyata dipercepat menjadi pukul 11.00 WIB.
Panitia memberikan penjelasan bahwa dikarenakan hari Jum’at maka pewawancara
meminta untuk memajukan jadwal di sesi dua. Akhirnya, taxi yang sudah saya
pesan untuk menjemput saya pukul 11.30 saya menelfon lagi berniat untuk meminta
dijemput lebih awal. Ternyata sedikit susah untuk memesan taxi di kota
Yogyakarta. Operator selalu bilang bahwa saat ini tidak ada driver yang sedang
standbay sehingga saya harus menunggu lebih lama.
Dalam hati saya merasa sedikit
cemas karena waktu menunjukkan pukul 9.00 WIB namun belum ada kepastian
kendaraan yang akan membawa saya ke Hotel. Di sisi lain, panitia sudah beberapa
kali menelfon untuk meminta kepastian dari saya apakah bisa datang lebih awal.
Namun tiba-tiba ada telfon dari oepartor berdering dan menginformasikan bahwa
taxi saat ini sedang menuju rumah untuk menjemput saya. Akhirnya, rasa cemas
tersebut dapat hilang juga.
Bukan ramah tentunya jika bukan
orang Yogyakarta. Sesampainya di depan rumah, sang sopir taxi dengan senyuman
ramah meminta maaf atas keterlambatan penjemputan menggunakan bahasa Jawa.
Mumpung sedang berada di kota dengan seni budaya yang tinggi, saya juga ingin
mengasah Bahasa Krama Inggil saya untuk saya dapat bercakap-cakap dengan orang
yang lebih tua dibandingkan dengan saya. Dengan senang hati sang sopir
mengantarkan saya ke hotel tujuan dengan selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar