Senin, 14 Oktober 2013

BELAJAR KERAMAHAN MASYARAKAN YOGYAKARTA-USAID PRESTASI


23 Agustus 2013,,,



Untuk pertama kalinya saya dipanggil memenuhi undangan wawancara oleh panitia USAID PRESTASI yang diselenggarakan di hotel Grand Quality, Yogyakarta. Dokumen yang diminta telah saya persiapkan jauh-jauh hari karena jeda antara waktu pengumuman dengan dilaksanakannya tes wawancara lumayan lama.  Saya masih ingat waktu itu wawancara dilaksanakan setelah lebaran.

                Kota Yogyakarta memang terkenal dengan kota seni yang tinggi sehinga mulai dari pakaian tak luput dari perhatian saya. Saya bersyukur karena selama persiapan selalu dibantu oleh teman akrab yang memiliki pengalaman lebih jika dibandingkan dengan saya dalam hal beasiswa. Terimakasih kepada dr. Ika beserta suami dr. Tian. Atas saran-saran mereka, saya dapat mempersiapkan diri untuk memberi yang terbaik dalam kesempatan wawancara tersebut.

                Saya memutuskan untuk memilih kemeja batik hitam dengan motif bunga berwarna oranye dipadukan dengan rok hitam. Saya memilih baju tersebut karena Yogyakarta sangat kental dengan budaya batik sehingga saya juga ingin memberikan kesan kepedulian terhadap pewawancara yang telah hadir sekaligus untuk melestarikan budaya Indonesia.

                Waktu yang dijadwalkan pukul 13.30 WIB untuk memulai wawancara ternyata dipercepat menjadi pukul 11.00 WIB. Panitia memberikan penjelasan bahwa dikarenakan hari Jum’at maka pewawancara meminta untuk memajukan jadwal di sesi dua. Akhirnya, taxi yang sudah saya pesan untuk menjemput saya pukul 11.30 saya menelfon lagi berniat untuk meminta dijemput lebih awal. Ternyata sedikit susah untuk memesan taxi di kota Yogyakarta. Operator selalu bilang bahwa saat ini tidak ada driver yang sedang standbay sehingga saya harus menunggu lebih lama.

                Dalam hati saya merasa sedikit cemas karena waktu menunjukkan pukul 9.00 WIB namun belum ada kepastian kendaraan yang akan membawa saya ke Hotel. Di sisi lain, panitia sudah beberapa kali menelfon untuk meminta kepastian dari saya apakah bisa datang lebih awal. Namun tiba-tiba ada telfon dari oepartor berdering dan menginformasikan bahwa taxi saat ini sedang menuju rumah untuk menjemput saya. Akhirnya, rasa cemas tersebut dapat hilang juga.

                Bukan ramah tentunya jika bukan orang Yogyakarta. Sesampainya di depan rumah, sang sopir taxi dengan senyuman ramah meminta maaf atas keterlambatan penjemputan menggunakan bahasa Jawa. Mumpung sedang berada di kota dengan seni budaya yang tinggi, saya juga ingin mengasah Bahasa Krama Inggil saya untuk saya dapat bercakap-cakap dengan orang yang lebih tua dibandingkan dengan saya. Dengan senang hati sang sopir mengantarkan saya ke hotel tujuan dengan selamat.

                Tanpa rasa tergesa-gesa. Mungkin itu itu yang menjadikan ciri khas dari budaya Jawa. Alon asal kelakon. Semua pengendara dapat menunggu giliran dengan tenang di antara pengemudi kendaraan lain sambil menunggu lampu hijau menyala. Tidak seperti di Surabaya yang selalu ingin menjadi pengemudi terdepan. Bahkan tak jarang pula pengemudi nakal yang menyerobot lampu merah. Semoga dengan kesabaran ini kita dapat meraih apa yang kita cita-citakan tepat pada waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar